Intaian Blackbird Setelah Rusuh


Ketegangan antara Libya dan AS kian memuncak setelah pembajakan TWA di Beirut pada 1985. Ditambahlagi dengan serangan born atas konter perusahaan penerbangan AS di Roma dan Wina di akhir tahun yang sama.
Secara tidak langsung, Pemimpin Libya Moammar Qadhafi terlibat dalam kedua aksi ini. Terlibat karena bisnisnya dengan teroris Palestina Abu Nidal. Selain itu, Libya juga mulai memasang rudal SA-5 yang dibeli dari Uni Soviet di akhir 1985. Belanja Qadhafi termasuk kelengkapan radarnya untuk meningkatkan kemampuan pertahanan udara Libya. Belum lagi pesawat tempur MiG-25 yang juga berasal dari Soviet.

RUTE PENYERANGAN- Peta rule penyerangan dan setelah penyerangan. Tanda garis menunjukkan jalur pengisian ulang bahan bakar. Serangan diarahkan pada lima sasaran. Kecuali pangkalan udara Libya yang dipilih untuk mencegah pencegat Libya terbang. Terbukti selama penyerangan tidak ada satupun pesawat tempur Libya yang berhasil mengudara.
Sementara itu kapal induk AL AS terus menantang klaim Qadhafi atas Teluk Sidra. Secara berkala kapal induk ini melintasi batas teritori yang diklaim Libya. Garis batas ini kemudian diistilahkan sebagai “line of death” (garis kematian). Ketegangan sampai pada klimaksnya setelah pengeboman diskotik La Belle di Berlin Barat pada 5 April 1986. Saat itu seorang tentara AS dan warga negara sipil AS tewas dan 60 tentara AS di antara 200 korban cidera lainnya Sasaran diskotik ini dianggap bukan tanpa alasan. Diskotik La Belle adalah diskotik yang biasa didatangi warga negara AS.
Menurut intel AS, agen Libya dari Jerman Timur lah yang memasang born. Perintah serangan disampaikan melalui kabel. Presiden AS segera memutuskan menyerang Libya. Ronald Reagen dan pemerintahannya yakin Libya juga terlibat dalam aksi teroris di beberapa tempat karena dukungan Qadhafi terhadap kelompok Abu Nidal. Rencana serangan militer kemudian disusun. Serangan diarahkan ke sasaran teroris di Tripoli dan Benghazi
Operation Eldorado Canyon
Setelah beberapa hari berdiplomasi, Reagen mengeluarkan perintah serangan pada 14 April. Pesawat intai pun dikerahkan. Pagi itu juga, para awak SR-71 Blackbird mendapat Top Secret Briefing. Mereka ditunjukkan peta yang dilengkapi rute menuju Libya. Diinformasikan bahwa 48th Tactical Fighter Wing di Lakenheath akan menjalankan serangan atas beberapa titik pilihan.
Serangan akan segera dilakukan hanya dalam waktu beberapa jam saja. Para awak segera sadar, apa yang akan ditugaskan kepada mereka bukan lagi sekadar latil “Ini adalah misi yang sebenamya- den born sungguhan,” pikir salah seorang pilot Blackbird.
Berbagai pikiran berkecamuk di kepala para awak. Meskipun mereka membenci Qadhafi dan prinsipnya, tetap saja tak terpikirkan oleh mereka kalau AS akan melakukan serangan udara. Di satu sisi mereka pikir sudah saatnya serangan dilakukan. Di sisi lain mereka juga tak dapat menggambarkan akibat dari serangan.
Dengan seksama para awak SR-71 mengamati rute yang akan mereka terbangi. Prancis tidak mengeluarkan izin untuk menerbangi wilayahnya. Alhasil rute yang akan diterbangi menjadi panjang dan melelahkan bagi para penerbang tempur. Terbang di atas Prancis memang akan menghemat rute terbang dan waktu. Meskipun rute panjang, namun relatif lurus. Lagi pula situasi politik bukan kendala. Yang penting misi berhasil.
Peran paling utama yang akan dijalankan SR-71 adalah pengintaian pasca serangan. Detasemen 4 akan menerbangkan dua SR-71. Satu sebagaipesawat utama. Satu lagi cadangan. Kedua pilot mulai merencanakan misi dan merinci khusus yang berkaitan dengan misi. Misi , ini kemudian secara resmi disebut Operation Eldorado Canyon.

OPERATION ELDORADO CANYON - PesawatSR-71 Blackbird tengah lepas landas.
Perhatian utama pilot adalah mengalokasi titik-titik pasti pengisian ulang bahan bakar dan pangkalan pengalih. Rute penerbangan cukup sederhana, namun segala kemungkinan tetap harus dibahas. Pada saatnya, SR-71 akan melintas wilayah sasaran untuk mengambil gambar kerusakan akibat born. Intel menyebutkan adanya beberapa ancaman yang mungkin masih dapat diatasi.
Tak ketinggalan informasi umum mengenai rute dan tanker. Untuk mempertahankan elemen kejutan, kelima sasaran diserang sekaligus. Pilihan jatuh kepada penyerang malam A6 milik AL dan F-111 AU. Tak masalah, karena dua kapal induk AS berada di Mediterranean, AS dan Coral Sea. Masingmasing mengoperasikan 10 pesawat A-6. Namun ini belum memenuhi total 32 pesawat yang dibutuhkan dalam satu serangan terhadap lima sasaran.
Pesawat F-111 terdekat berpangkalan di Inggris. Ini jadi masalah bagi operasi. Apalagi dengan adanya larangan melintasi Prancis yang menambah jarak terbang hingga 1.300 mil laut. Menambah 6-7 jam terbang bagi pilot dan awak. Ini kian memperkuat alasan pen’ambahan dukungan pesawat tanker KC-10. Konfigurasi final kekuatan serangan sungguh besar dan kompleks. Kira-kira 100 pesawat diluncurkan untuk memberi dukungan langsung atas serangan.
Blackbird beraksi
Larut malam 15 April menjelang dini hari 16 April 1986. Di bawah kode El Dorado Canyon, AS meluncurkan serangkaian serangan udara. Pesawat F-111 lepas landas dari Lakenheath di Inggris dan Armada ke-6 AS di Mediterania. Serangan dirancang sedemikian rupa sehingga tepat mencapai jantung pergerakan terorisme Qadhafi. Diharapkan serangan terorganisir akan memberi alasan bagi Qadhafi untuk mengubah sikapnya.

Dua penerbang SR-71 yang terlibat dalam misi penerbangan SR-71. Beberapa saat setelah serangan Blackbird melakukan tugas pengintaian. Selain itu Blackbird menentukan titik-titik pengisian ulang bahan bakar dan pangkalan pengalih.
Sasaran final dipilih pada tingkat National Security Council dalam lingkup penasehat presiden. Lima sasaran dipilih dengan alasan masing-masing. Barak Aziziyah digambarkan sebagai markas besar komando dan kontrol teroris Libya. Fasilitas militer di bandara utama Tripoli. Pangkalan Side Bilal yang kabarnya digunakan sebagai tempat pelatihan sabotase bawah air. Barak militer Jamahiriyah di Benghazi juga disebut-sebut sebagai pos komando teroris. Terakhir pangkalan udara Benina di tenggara Benghazi.
Semua sasaran dipilih karena keterlibatan langsung terhadap kegiatan teroris. Kecuali pangkalan udara militer Benina yang menjadi pangkalan pesawat tempur. Libya. Sasaran ini dipilih untuk mencegah pencegat Libya terbang dan menyerang pengebom AS.
Waktu serangan yang dipilih adalah semata agar Reagen dapat memberipernyataan pada publik selagipesawat penyerangbelum kembali. Reagen menekankan, aksi AS ini adalah masalah pertahanan diri melawan dukungan Libya terhadap terorisme. “Pertahanan diri bukan hanya hak kita, itu adalah tugas kita Itulah tujuan di balik misi sebuah misi yang sesuai dengan Artikel 51 dalam Charter PBB,” demikian sepenggal pernyataan Reagen.
Serangan berlangsung selama 10 menit dan terhitung sukses. Namun tidak semua born mengenai sasaran dengan tepat. Beberapa melenceng mengenai daerah sipil di Tripoli. Termasuk Kedutaan Prancis yang berada di sana.
Korban berjatuhan termasuk anak angkat Qadhafi yang masih balita. Kedua anak laki-laki Qadhafi cidera. Sementara sebuah born jatuh tepat di atas Qadhafi namun gagal meledak karena kesalahan mekanik. Keseluruhan, 30 orang sipil tewas dalam serangan. Tak ketinggalan korban kalangan militer yang tak diketahui jumlahnya. Termaslik dua pilot F-111 yang tertembak jatuh di atas Teluk Sidra.
Di tengah kerusuhan setelah serangan, SR-71 segera beraksi dan melakukan tugas pengintaian. Masing-masing SR-71 memuat dua kamera TEOC yang dilengkapi dengan kamera panoramik OBC untuk cakupan horizon-to-horizon. Konon SR-71 mengambil gambar dengan kecepatan
Mach 3 dari ketinggian 80.000 kaki.
Setelah serangan, sebagian gambargambar hasil intaian SR-71 pasca serangan disiarkan ke pers. Ini adalah untuk pertama kalinya AS dengan terbuka menyiarkan citra pengintaian. Namun citra tersebut diumumkan setelah dilakukan pengurangan kualitas. Ini bertujuan untuk menyembunyikan kemampuan sebenarnya dari SR-71.
Serangan AS menimbulkan reaksi dari berbagai negara. Banyak negara mengutuk serangan tersebut. Terutama negara-negara di Arab dan Prancis serta Uni Soviet. Juga negara-negara lain. Dukungan datang antara lain dari Inggris, Australia, dan Israel.
Meskipun terhitung sukses, tujuan utama serangan tak tercapai. Serangan AS terhadap Timur Tengah yang pertama kali dalam sejarah ini menjadi tanpa manfaat. Terbukti operasi teroris oleh Libya maupun kelompok lain tidakberhenti. Doktrin yang mengampanyekan “war on terror” (perang terhadap teror) pun berlanjut hingga peristiwa 9-11 di New York.
Mungkin sulit untuk membenarkan tindakan AS tanpa sekaligus menyalahkan. Yang pasti, Libya Raid menunjukkan pesan jelas bagi negara-negara yang mendukung aksi teroris
Share on Google Plus
    Please add Your Comment
    Comment on smileambon