Perang Falkland atau Malvinas antara Inggris dengan Argentina pada
1982, memberikan salah satu pelajaran bagaimana melumpuhkan lawan.
Inggris mengonversi pesawat tanker Victor menjadi pesawat recce taktis
jarak jauh untuk survei wilayah Georgia Selatan dari udara. Alhasil,
sepanjang garis pantai wilayah yang diperebutkan menjadi penguasaan
kerajaan Inggris.
Pendaratan kapal-kapal perang Argentina akhirnya dapat dipantau. Bila
cuaca kurang mendukung akibat kabut yang menghalangi kamera Victor, AL
Inggris masih mengoperasikan radar-radar dari kapal perangnya. Radar ini
mengirimkan gambar sehingga keberadaan kapal-kapal Argentina tetap
dideteksi.
Selanjutnya,
pesawat pengebom Vulcan menghujani pangkalan udara Port Stanley
disertai kawanan Harrier menghancurkan landasan. Penyerangan yang belum
sempurna dilaporkan oleh pilot-pilot pesawat penyerang langsung dari
kokpit. Ketika penyerangan sudah mengakibatkan kerusakan hebat, pihak
Inggris menahan penerbangan pesawat recce.
Konflik dua negara di Falkland akhirnya dimenangkan Inggris. Ini
kembali membuktikan pelajaran klasik yang pernah dibuktikan
negara-negara pemenang perang di tester Eropa tahun 1940-an, Timur
Tengah tahun 1970-an dan 1980-an.
Penggabungan
antara kekuatan mesin, manusia, dan taktik menjadi segalanya. Andai
saja peran pesawat recce atau spy-plane tidak dilibatkan terlebih
dahulu, bisa jadi pengerahan alutsista secara berhamburan dan tidak
tepat sasaran akan menjadi kenyataan.
Taktik pengerahan pesawat mata-mata dalam perang, terakhir dilakukan
AS di medan Irak tahun 2003. Sebelum menjatuhkan born-born presisi
tinggi, Paman Sam mengirimkan pesawat mata-mata tanpa awak macam
Predator maupun Global Hawk.
Please add Your Comment
Comment on smileambon