AWAN

Mataku memandang nanar. cuaca sangat cerah dan langit biru menjadi pemandangan yang sangat indah. Hem..memang indah hari ini... Aku memandang keluar pesawat dan aku merasa bahwa ini adalah awal dari akhir sebuah langkah yang baru lalu.

Berkali-kali aku membuat tanda salib, sambil berseru dalam hati ya Yesus dan Maria lindungilah aku dalam perjalanan ini. Tiba-tiba pesawat guncang dan kepalaku hampir membentur jok kursi pesawat yang didepanku. Seorang ibu yang duduk di dekatku memandang aku sambil tersenyum dan berkata "Tidak apa-apa nak, hanya ada sedikit gangguan, pesawat menabrak awan," Pikiranku mengambang. Bagaimana mungkin pesawat yang begini besar dan berat bisa goncang oleh segumpal awan.

Aku membayangkan ketika aku sedang di rumah, menjemur kain atau ketika bermain dipadang rumput, seringkali aku memandang langit dan melihat awan yang berarak-arak dan pada saat itu aku sangat menyukai wan karena bagiku awan itu menjadi penghias langit yang indah, dan awan mampu meredam panas terik sinar matahari. Namun sekarang aku baru sadar, bahwa selembut-lembutnya awan, namun mempunyai keutamaan-keutamaan dan batas ruang lingkup sendiri. Yah..bagiku cukup sudah langkah-langkahku selama ini, sekaran adalah awal dari sebuah akhir. Seperti awan yang lemah dan sering dianggap tak berarti dan hina dalam pandangan manusia, namun aku tahu yang menjadi penggagas utama kehidupan adalah Tuhan. Dia yang menjadi hakim utama yang benar-benar mengerti siapa aku, mana yang benar dan mana yang salah.

Seperti awan aku lemah, namun aku punya batas pribadi sendiri, bahwa KESUCIAN HIDUP TIDAK TERLETAK DARI JUBAH YANG KITA KENAKAN, DARI SUNYI SENYAP RUMAH KITA TINGGAL, DARI KIDUNG-KIDUNG PUJIAN YANG MENGALUN SEPANJANG HARI, NAMUN KESUCIAN HIDUP ITU TERGANTUNG DARI CARA KITA MEMAHAMI DAN MELAKSANAKAN KEBENARAN HIDUP DAN PENGHAYATAN TERHADAP AJARAN KRISTUS. Maka pertanyaannya sekarang SIAPAKAH ENGKAU dan SIAPAKAH AKU..... Jawabannya adalah: Kita sama-sama insan yang dalam peziarahan menuju kediaman abadi yaitu Kematian Duniawi menuju Kehidupan Abadi.
Share on Google Plus
    Please add Your Comment
    Comment on smileambon